Rabu, 03 Juni 2015

Serapan Mineral Tanaman Jahe

Pola dan Kebutuhan Makan (pupuk) Tanaman Jahe

Semua mahluk hidup membutuhkan asupan makanan, termasuk tanaman. Makanan untuk tanaman adalah hara mineral alias pupuk. Tanaman ‘makan’ (maksudnya ‘menyerap’) sari pati makanan dari dalam tanah dengan menggunakan akar-akarnya. Jadi akar tanaman itu ibarat mulutnya tanaman. Namun, tanaman juga memiliki mulut yang letaknya di daun. Mulut ini disebut dengan ‘stomata’ alias mulut daun. Mulut daun juga bisa digunakan untuk menyerap saripati makanan dan udara (CO2 dan O2). Karena ‘mulut daun’ juga digunakan untuk menyerap udara, ‘mulut daun’ ibarat ‘hidungnya tanaman’. Tanaman berbeda dengan mahluk lain dalam hal makan. ‘Makanan’ tanaman alias pupuk diserap dalam bentuk.......
mineral, karena itu orang juga sering menyebutnya saripati makanan.

‘Makanan’ alias pupuk tadi ada beberapa macam, yang sering dibagi menjadi dua kelompok utama. Gampangnya, ‘gizi’ tanaman ada dua macam, yaitu: ‘gizi’ makro dan ‘gizi’ mikro. ‘Gizi’ makro adalah saripati makanan yang dibutuhkan dalam jumlah besar, sedangkan mikro adalah saripati makanan yang dibutuhkan dalam jumlah suedikit zekali. ‘Gizi’ makro yang dibutuhkan tanaman adalah N alias nitrogen, P alias fosfor, K alias potasium atau kalium, Ca alias calsium atau kapur dan Mg atau magnesium. Nah, sedangkan ‘gizi’ mikro hanya dibutuhkan dalam jumlah yang suangat-suangat sedikit, karena saking sedikitnya satuan yang digunakan juga kecil, yaitu ppm atau seper sejuta.

Para ahli sudah meneliti tentang pola makan tanaman jahe ini. Lagi-lagi ahlinya dari China dan India. (maaf saya cari literatur yang dari Indonesia tidak ketemu). Para ahli dari negeri produsen utama jahe dunia itu mengamati serapan saripati makanan oleh tanaman jahe sejak masih bibit sampai umur 4 bulan. Umur 4 bulan adalah umur panen jahe muda yang biasa dilakukan oleh petani jahe di India dan China. Kalau di Indonesia kebiasannya umur 6-8 bulan. Karena tidak ada data yang dari Indonesia, saya gunakan saja data dari negeri seberang itu.
Ternyat pola ‘makan’ tanaman jahe kalau dibuat gambar grafik jadinya seperti gambar di bawah ini.
pola serapan hara mineral pupuk oleh tanaman jahe
Pola serapan hara mineral (pupuk) oleh tanaman jahe. (Gambar dari buku Ginger The Genus of Zingiber
 Dari grafik di atas terlihat jika pola ‘makan’ tanaman jahe membentuk kurva exponensial alias melengkung ke atas. Di fase2 awal sedikit, lalu perlahan-lahan naik, dan di akhirnya meningkat dengan pesat. Pola ini bisa dipahami dengan melihat fase-fase pertumbuhan tanaman jahe (baca di sini: Fase-fase pertumbuhan jahe). Di fase awal, yaitu fase benih dan bibit, kebutuhan ‘makanan’ tanaman jahe lebih banyak dipenuhi dari ‘simpanan makanan’ yang ada di dalam rimpang jahe. Kita tahu bahwa tanaman jahe menimbun dan menyimpan makanannya di dalam rimpangnya, karena itu rimpangnya besar dan penuh gizi. Serapan saripati makanan dari dalam tanah di fase-fase ini kecil. Di jurnal lain disebutkan jika efisiensi pupuk N (nitrogen) pada fase ini hanya sekitar 20%an. Kecil sekali.


Tanaman jahe mulai rakus ‘makan’ setelah masuk ke fase percabangan tiga dan pembesaran rimpang. Khususnya di fase pembesaran rimpang, jahe sangat rakus sekali. Ibaratnya jahe seperti setan kelaparan, apa saja akan dimakannya. Dia membutuhkan asupan makanan yang sangat banyak. Tidak hanya banyak, tetapi juga harus seimbang. Kalau tidak seimbang meskipun ada banyak, tumbuhnya juga tidak akan normal.
Kebutuhan ‘gizi’ tanaman jahe berdasarkan dari yang terbesar ke yang terkecil adalah K > N > Mg > Ca > P (Xu et al., 1993). Artinya, tanaman jahe sangat membutuhkan banyak asupan gizi K, kemudian N, kemudian Mg dan seterusnya. Jadi, kalau petani jahe memberi ‘makan’ alias memupuk tanaman dengan pupuk yang banyak kandungan N dan P-nya ya…kurang tepat dan tidak sesuai dengan kebutuhan ‘gizi’ tanaman jahe. Kalau dibuat perbandingan, jika ‘gizi’ N diberikan satu bagian, maka ‘gizi’ K-nya diberikan minimal dua kali lipatnya, sedangkan Mg dan Ca hanya seperlimanya, dan untuk ‘gizi’ P lebih kecil lagi, hanya sepersepuluhnya.

Orang China (Kun et al, 1994) juga sudah menghitung berapa sih kebutuhan ‘gizi’ alias pupuk berdasarkan produksi rimpang jahenya. Koh Kun menghitung, kebutuhan ‘gizi’ tanaman untuk setiap satu ton jahe segar adalah N (nitrogen) sebanyak 6.34 kg, P (fosfat, P2O5) sebanyak 0.75 kg, K (potasium, K2O) sebanyak 9,27 kg, MgO sebanyak 1.36 kg dan CaO juga sebanyak 1.3 kg. (Catatan: Perlu diperhatikan, bahwa kebutuhan ‘gizi’ ini disebutkan dalam bentuk N, P2O5, K2O, MgO dan CaO. Bukan dalam bentuk urea, tsp, kcl, dll. Jangan salah interprestasi dan gegabah mengaplikasikan data ini).

Patokan ini bisa digunakan untuk memperkirakan kebutuhan ‘gizi’ jahe jika kita ingin produksinya, misalnya: 20 kg jahe segar per polybag. (Saya ambil contoh ini, karena ada orang yang mempromosikan kalau jahe dalam polybag bisa menghasilkan 20kg). Misalkan saja ada 100 polybag, jadi jahe segarnya dapat 2 ton alias 2000 kg. Kebutuhan gizinya tinggal dikalikan dua saja dari data di atas. Contoh untuk K saja, jika diberikan dalam bentuk KCl, kebutuhan per tonnya kurang lebih 15-20 kg (tergantung efisiensi serapannya). Kalau produksi jahe segarnya dua ton, kebutuhan pupuknya jadi 40 kg. Atau kalau dibagi per polybag perlunya 400 gr per polybag. Itu baru dari nutrisi K dalam bentuk KCl. Belum nutrisi N dan P klo dihitung bisa banyak sekali pupuk yang dibutuhkan.

Sekarang, coba dibayangkan dan dihitung sendiri, kira-kira dalam satu polybag itu ada tidak ‘gizi’ K dalam bentuk KCl sebanyak 400gr. Atau jika ditambahkan dengan pupuk cair yang diberikan, kira-kira bisa memenuhi tidak sebanyak itu? Jawabannya saya yakin : TIDAK. MMMMBBBELLLL GEDESSSSS kalau ada yang bilang YA.

Karena itu, jangan heran dan jangan menyesal, jika produksi jahenya tidak seperti yang diiklankan oleh para ‘marketing pupuk’ atau para ‘penjual kecap’ lainnya. Saya sering mendapat cerita,baik langsung dari petani, atau dari group-group di Facebook, yang mengkomplain kalau hasil jahenya kecil-kecil dan tidak seperti yang diharapkan. Ya…wajar lah … lha wong ‘gizi’nya saja tidak cukup dan tidak seimbang… bagaimana bisa rimpangnya besar-besar.
Baiklah, semoga ulasan singkat ini bermanfaat.

dikopi dari
 http://isroi.com/2015/03/19/pola-dan-kebutuhan-makan-pupuk-tanaman-jahe/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar