Kamis, 28 Mei 2015

Teknik Budidaya Jahe Gajah

JAHE GAJAH
Teknik BUDIDAYA JAHE GAJAH
Varitas ZO var. Officinale
Besar Rimpang Besar
Warna Kulit Rimpang Putih Pucat
Warna Daging Rimpang Putih
Aroma Daging Kurang
Kepedasan Kurang
Tinggi Tanaman (cm) ±30-70
Waktu Luruh Daun >7 bulan
Optimal Panen >9 bulan
Berat Rimpang Panen (ons) ±5-20
Produktivitas/ha (ton) 10-30

 

Syarat Tumbuh Tanaman Jahe
Tanaman jahe membutuhkan curah hujan relatif tinggi, yaitu antara 2.500-4.000 mm/tahun. Pada umur 2,5 sampai 7 bulan atau lebih tanaman jahe memerlukan intensitas cahaya matahari 70-100%. Dengan kata lain budidaya tanaman jahe sebaiknya dilakukan di tempat terbuka sehingga mendapat sinar matahari sepanjang hari. Suhu udara optimum budidaya jahe antara 20-35°C. Tanaman jahe paling cocok ditanam pada tanah subur, gembur dan banyak mengandung humus. Tekstur tanah yang baik adalah lempung berpasir, liat berpasir dan tanah laterik. Tanaman dapat tumbuh pada pH Tanah sekitar 4,3-7,4. Tetapi keasaman tanah (pH) optimum untuk jahe gajah adalah 6,8-7,0. Jahe tumbuh baik di daerah tropis dan subtropis dengan.....

ketinggian 0-2.000 mdpl. Di Indonesia, pada umumnya budidaya jahe dilakukan pada ketinggian 200-600 mdpl.

Pembibitan Jahe

Persyaratan Bibit Jahe

Bibit berkualitas adalah bibit yang memenuhi syarat mutu genetik, mutu fisiologik (persentase tumbuh tinggi), dan mutu fisik. Mutu fisik adalah bibit bebas hama dan penyakit. Rimpang untuk dijadikan benih, sebaiknya mempunyai 2-3 bakal mata tunas dengan bobot sekitar 50 gram.

Teknik Penyemaian Bibit Jahe

Pada budidaya tanaman jahe, untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang seragam, bibit jahe sebaiknya jangan langsung ditanam, tetapi terlebih dahulu harus dikecambahkan. Penyemaian bibit jahe dapat dilakukan dengan peti kayu atau ditaruh di atas bedengan.

Penyemaian Jahe pada Peti Kayu

Rimpang jahe yang baru dipanen dijemur sementara (tidak sampai kering), kemudian disimpan sekitar 1-1,5 bulan. Patahkan rimpang tersebut dengan tangan dimana setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan dijemur ulang 1/2-1 hari. Selanjutnya potongan bakal bibit jahe tersebut dikemas ke dalam karung beranyaman jarang, lalu dicelupkan dalam larutan fungisida dan zat pengatur tumbuh sekitar 1 menit kemudian keringkan. Setelah itu bibit jahe dimasukkan kedalam peti kayu. Lakukan cara penyemaian dengan peti kayu sebagai berikut: pada bagian dasar peti kayu diletakkan bakal bibit selapis, kemudian diatasnya diberi abu gosok atau sekam padi, demikian seterusnya sehingga yang paling atas adalah abu gosok atau sekam padi. Setelah 2-4 minggu, bibit jahe siap ditanam.

Penyemaian Jahe pada Bedengan

Buat rumah penyemaian sederhana ukuran 10 x 15 m untuk menanam bibit 2 ton (kebutuhan jahe gajah seluas 1 ha). Buat bedengan dari tumpukan jerami setebal 10 cm. Rimpang bakal bibit jahe disusun pada bedengan jerami lalu ditutup jerami, diatasnya diberi rimpang tutup dengan jerami, demikian seterusnya, sehingga didapatkan 4 susunan lapis rimpang dengan bagian atas berupa jerami. Perawatan bibit jahe pada bedengan dapat dilakukan dengan penyiraman setiap hari dan sesekali disemprot dengan fungisida. Setelah 2 minggu, biasanya rimpang sudah bertunas. Bila bibit bertunas dipilih agar tidak terbawa bibit jahe berkualitas rendah. Bibit hasil seleksi itu dipatah-patahkan dengan tangan dan setiap potongan memiliki 3-5 mata tunas dan beratnya 40-60 gram.

Penyiapan Bibit Jahe

Pada budidaya jahe, sebelum ditanam, bibit harus dibebaskan dari ancaman penyakit dengan cara dimasukkan ke dalam karung dan dicelupkan ke dalam larutan fungisida sekitar 8 jam. Kemudian bibit jahe dijemur 2-4 jam, barulah ditanam.

Persiapan Lahan Budidaya Jahe

Pembukaan Lahan

Pengolahan tanah diawali dengan dibajak sedalam kurang lebih dari 30 cm dengan tujuan untuk mendapatkan kondisi tanah yang gembur atau remah dan membersihkan tanaman pengganggu. Setelah itu tanah dibiarkan sekitar 1 minggu agar gas-gas beracun menguap serta bibit penyakit dan hama akan mati terkena sinar matahari.

Pembentukan Bedengan dan Pemupukan Dasar

Pada budidaya tanaman jahe, untuk memudahkan pemeliharan sekaligus untuk mencegah terjadinya genangan air, sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan dengan ukuran tinggi 30 cm, lebar 80 cm, sedangkan panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan. Budidaya tanaman jahe dengan sistem bedengan juga bertujuan untuk memudahkan serangan patogen, karena kelembaban tanah bisa dijaga dengan membuat pari-parit. Pemupukan dasar diberikan bersamaan dengan pembuatan bedengan menggunakan pupuk kandang yang sudah difermentasi sebanyak 40 ton/ha dan NPK 15-15-15 sebanyak 1,5 ton/ha. Akan lebih baik bila ditambahkan dengan agensia hayati seperti Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. untuk mencegah serangan bakteri maupun cendawan patogen. Pemberian humat dan fulvat akan berfungsi sebagai pembenah tanah, sehingga serapan unsur hara oleh tanaman bisa optimal.

Pengapuran

Pengapuran dilakukan pada saat pembentukan bedengan. Pada tanah dengan pH tanah rendah, sebagian besar unsur-unsur hara didalamnya, terutama fosfor (p) dan kalsium (Ca) dalam keadaan tidak tersedia atau terikat oleh ion-ion tanah. Kondisi tanah yang masam ini dapat menjadi media perkembangan beberapa cendawan penyebab penyakit fusarium sp dan pythium sp. Pengapuran juga berfungsi menambah unsur kalium yang sangat diperlukan tanaman jahe untuk mengeraskan bagian tanaman yang berkayu, merangsang pembentukan bulu-bulu akar, mempertebal dinding sel buah dan merangsang pembentukan biji.

Proses penaburan pupuk kandang di lahan sebelum menanam jahe.

Untuk dapat memperoleh hasil panen rimpang jahe yang optimal maka satu hal yang cukup penting perlu dilakukan yaitu mengkondisikan agar tanah tetap subur pada saat penanaman kembali maupun untuk lahan bukaan baru.

Setelah lahan diolah secara manual dengan cangkul ataupun dengan alat bantu traktor lalu buatlah bedengan (guludan) dengan lebar 80 cm, tinggi 30 cm sedangkan panjangnya disesuaikan dengan kondisi kontur bumi setempat.

Pupuk kandang yang dapat digunakan yaitu kotoran sapi / kambing / ayam, yang paling baik untuk digunakan adalah pupuk kandang kotoran ayam ras pedaging (Broiler) yang ada kulit padinya, jika menggunakan pupuk kandang sapi / kambing / ayam ras petelur maka hendaknya pupuk kandang tersebut dicampur (oplos) dahulu dengan kulit padi dengan perbandingan 1 ton pupuk kandang dicampur dengan 200 kg kulit padi (1:5), kulit padi sangat penting untuk proses fermentasi unsur organik dalam tanah nantinya, selain itu kulit padi telah kami teliti mampu meningkatkan kadar oksigen dan unsur nitrogen dalam tanah serta menjadi media untuk cepat berkembang biaknya mikroba, dari mikroba yang mati akan menimbulkan jasad renik yang dapat diserap oleh akar tanaman sehingga sangat produktif dalam hal membesarkan hasil rimpang jahe. Taburkan pupuk kandang pada titik - titik dimana tanaman jahe nantinya akan ditanam, untuk satu lubang tanam berikan sekitar 1 kg pupuk kandang, dalam 1 hektar dengan populasi 40.000 tanaman yang menggunakan jarak tanam 50 cm x 50 cm maka dibutuhkan 40 ton pupuk kandang, dengan metoda seperti ini biasanya sepanjang pengalaman kami akan diperoleh target hasil panen rimpang jahe sebanyak 30 ton lebih per hektar, itupun kami sudah memilih dan memisahkan Bibit Unggul yang SUPER sebanyak 2 ton untuk penanaman kembali selanjutnya.

Dalam 1 ha ada 10.000 meter persegi, buatlah 100 buah bedengan dengan ukuran panjang 100 m, lebar 80 cm dan tinggi 30 cm, lalu berikan jarak antar bedengan (guludan) sebanyak 20 cm, kemudian plotting titik tanam sebanyak 2 baris dalam setiap bedengan, posisi baris pertama berada 15 cm dari pinggir bibir bedengan di bagian kiri sedangkan posisi baris kedua berada 15 cm dari pinggir sisi bedengan bagian kanan, jarak titik tanam antar tanaman yaitu 50 cm kesamping kiri/kanan dan 50 cm ke depan/belakang.

Dalam satu bedengan ada 2 baris titik tanam, di setiap barisnya terdapat 200 titik, jadi dalam satu bedengan terdapat 400 titik tanam yang berjarak 50 cm x 50 cm, maka dalam 1 hektar yang berisi 100 bedengan tersebut terdapat 40.000 titik tanam.

BIBIT yang digunakan berusia 10 bulan keatas dengan berat rata-rata 100 gram tiap rimpangnya, dalam 1 kg bibit ada 10 rimpang, tiap rimpang dipotong menjadi 2 bagian untuk disemai dan dijadikan bibit, jadi dalam 1 kg bisa dapat 20 potong bibit, maka untuk 1 ha dengan populasi 40.000 tanaman dibutuhkan 2 ton bibit, tiap potongan bibit nantinya setelah disemai di persemaian selama 1 - 1,5 bulan akan tumbuh 2 - 4 mata tunas.

Setelah pupuk kandang ditaburkan di lahan pada semua titik tanam maka setelah itu lanjutkan dengan proses pemberian unsur organik ke dalam tumpukan pupuk kandang tersebut dengan cara minyiram (kocor) larutan pupuk hayati cair Tiens FENG SHOU yang sudah diencerkan dengan air bersih, cara penyiraman (kocor) dapat menggunakan ember dan gayung.

Untuk penanaman jahe seluas 1 ha dibutuhkan 10 liter Pupuk Hayati Tiens - FENG SHOU, larutkan tiap liter Tiens - FENG SHOU dengan 200 liter air bersih lalu berikan masing-masing sebanyak 50 cc larutan Tiens - FENG SHOU yang sudah diencerkan tersebut kepada setiap tumpukan pupuk kandang yang berada pada titik tanam dan kemudian tutup dengan tanah setebal 5 cm - 10 cm, diamkan sekitar 2 atau 3 hari agar berfermentasi barulah setelah itu dapat dilakukan penanaman BIBIT yang sudah disemai terlebih dahulu

Penentuan Pola Tanam

Budidaya tanaman jahe secara monokultur pada suatu daerah tertentu memang dinilai cukup rasional, mengingat nilai ekonomis jahe yang cukup tinggi, sehingga dengan teknis budidaya jahe monokultur diharapkan mampu memberikan produksi tinggi. Namun di daerah, budidaya tanaman jahe secara monokultur kurang dapat diterima karena selalu menimbulkan kerugian. Budidaya tanaman jahe secara tumpangsari dengan tanaman lain mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai berikut :

Mengurangi kerugian yang disebabkan naik turunnya harga.

Menekan biaya kerja, seperti: tenaga kerja pemeliharaan tanaman.

Meningkatkan produktivitas lahan.

Memperbaiki sifat fisik dan mengawetkan tanah akibat rendahnya pertumbuhan gulma (tanaman pengganggu).

Pada praktek penanaman jahe di lapangan, petani biasa menanam jahe yang ditumpangsarikan dengan sayur-sayuran, seperti timun, bawang merah, cabe rawit, buncis, dll. Ada juga yang ditumpangsarikan dengan palawija, seperti jagung, kacang tanah dan beberapa kacang-kacangan lainnya.

Pembuatan Lubang Tanam

Pada budidaya tanaman jahe, untuk menghindari pertumbuhan jahe yang jelek, karena kondisi air tanah yang buruk, maka sebaiknya tanah diolah menjadi bedengan-bedengan. Selanjutnya buat lubang-lubang kecil atau alur sedalam 5 - 10 cm untuk penanaman bibit jahe. Pembuatan bedengan memiliki tujuan utama untuk menghindari genangan air di sekitar area budidaya pada saat musim hujan. Genangan air di sekitar area budidaya dapat memicu timbulnya penyakit, baik penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri maupun penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur atau fungi.

Cara Menanam Jahe

Cara menanam jahe dilakukan dengan cara melekatkan bibit rimpang secara rebah ke dalam lubang tanam atau alur yang sudah disiapkan. Jarak tanam ideal yang digunakan untuk menanam jahe gajah yaitu 50 cm x 50 cm.

Perioda Tanam

Budidaya tanaman jahe sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan sekitar bulan September dan Oktober. Hal ini dimungkinkan karena tanaman muda akan membutuhkan air cukup banyak untuk pertumbuhannya. Jahe yang ditanam pada musim kemarau akan meningkatkan biaya produksi yang besar, terutama biaya pengairan. Kalaupun lahan budidaya memiliki sumber air yang memadai, namun pertumbuhan tanaman jahe akan sedikit terhambat, karena suhu udara yang terlalu tinggi akan menghambat pertumbuhan tanaman muda.

Pemeliharaan Tanaman Jahe

Penyulaman

Penyulaman dilakukan pada umur 2–3 minggu setelah tanam. Jika penyulaman dilakukan terlalu tua, maka pertumbuhan tanaman jahe tidak akan seragam. Pertumbuhan yang tidak seragam akan menambah tingkat kesulitan dalam pemeliharaan, terutama dalam pengendalian hama penyakit tanaman.

Penyiangan

Penyiangan pertama pada budidaya tanaman jahe dilakukan ketika tanaman berumur 2-4 minggu kemudian dilanjutkan 3-6 minggu sekali. Tergantung pada kondisi tanaman pengganggu (gulma) yang tumbuh. Namun setelah jahe berumur 6-7 bulan, sebaiknya tidak perlu dilakukan penyiangan lagi, sebab pada umur tersebut rimpangnya mulai besar.

Pembubunan

Tanaman jahe memerlukan tanah yang peredaran udara dan air dapat berjalan dengan baik, maka tanah harus digemburkan. Disamping itu tujuan pembubunan untuk menimbun rimpang jahe yang kadang-kadang muncul ke atas permukaan tanah. Apabila tanaman masih muda, cukup tanah dicangkul tipis di sekeliling rumpun dengan jarak kurang lebih 30 cm. Pertama kali dilakukan pembumbunan pada waktu tanaman jahe berbentuk rumpun yang terdiri atas 3-5 anakan, umumnya pembubunan dilakukan 2-3 kali selama umur tanaman jahe. Namun tergantung pada kondisi tanah dan banyaknya curah hujan.

Pemupukan Susulan

Tanaman jahe merupakan tanaman yang berumur panjang dibandingkan dengan tanaman cabe maupun tomat. Pada dasarnya pupuk dasar yang diberikan sudah mencukupi untuk menopang pertumbuhan tanaman tersebut. Akan tetapi dalam budidaya jahe secara intensif perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan hasil produksi yang signifikan. Oleh karena itu, pupuk susulan perlu diberikan pada saat tanaman berumur 2-3 bulan, 4-6 bulan, dan 8-10 bulan menggunakan pupuk NPK 15-15-15 dengan dosis 20 gram per tanaman ditambah dengan pembenah tanah, seperti asam humat dan asam fulvat untuk membantu serapan unsur hara oleh akar sehingga pertumbuhan tanaman jahe bisa optimal.

Pengairan dan Penyiraman

Pada budidaya tanaman jahe, tanaman tidak memerlukan air yang terlalu banyak untuk pertumbuhan, akan tetapi pada awal petumbuhannya, tanaman jahe membutuhkan air yang cukup, sehingga saat memulai budidaya tanaman jahe diusahakan penanaman pada awal musim hujan.

Jahe gajah dalam masa pertumbuhannya juga tidak luput dari hama dan penyakit. Hama yang kerap menyerang adalah lalat rimpang Mimegrala coeruleifrons yang memakan seluruh bagian rimpang, lalat rimpang eumerus figurans walker yang memakan bagian lunak rimpang penyebab tanaman layu dan keropos serta lalat lamprolonchaea sp yang menyerang rimpang hingga menjadi busuk.

Penyakit yang sering menyerang adalah bakteri pseudomonas zingiberiCendawan phyllosticta zingiberi ramak yang dapat menyebabkan daun rusak, menguning kemudian mengecil dan Cendawan pythium yang menyebabkan pembusukan rimpang jahe yaitu busuk basah atau busuk lunak. menyebabkan bagian pangkal batang semu membusuk dan rebah, Jahe gajah dipanen apabila telah tua dan berumur minimal 10 bulan. Ciri fisik yang nampak yaitu apabila rimpang ditekan terasa sangat keras dan susah untuk dikelupas kulitnya dengan tangan. Warna pada kulit luar kelihatan segar kekuningan, mengkilat dan tidak ada warna kemerahan pada ujung rimpang.

Jahe gajah yang dipanen muda untuk asinan, dilakukan saat tanaman berumur 3 s/d 4 bulan. Ciri-ciri fisik yang nampak adalah rumpun tanaman masih hijau, rimpang gemuk, ujung-ujung rimpang masih berwarna kemerah-merahan, beranak banyak dan bila rimpang dipotong maka belum kelihatan serat-seratnya.

Jahe gajah dipanen dengan membongkar tanah secara keseluruhan menggunakan garpu tangan. Pembongkaran tidak dianjurkan memakai cangkul agar dapat dihindari jahe terpotong karena tercangkul. Jahe yang patah atau rusak menyebabkan masuk ke-grade export yang lebih rendah yang berarti nilai jualnya menjadi rendah pula.

Jahe gajah yang telah digrade dikumpulkan menjadi satu kemudian didiamkan selama 1- 2 hari digudang penampungan. Tujuannya agar tanah yang masih menempel dijahe menjadi kering dan luruh sehingga bersih tanah. Salah satu persyaratan export adalah jahe harus bersih dari tanah yang menempel di rimpang.

Analisa usaha tani budidaya JAHE GAJAH mono kultur per 1 hektar dengan populasi 40.000 tanaman yang menggunakan jarak penanaman 50 cm x 50 cm, diperoleh berdasarkan perhitungan aplikasi di Perkebunan JAHE dalam Satu Musim Tanam (12 Bulan ; persiapan lahan & BIBIT 1 bulan - masa budidaya 10 bulan - paska panen 1 bulan) :

Sewa Lahan 1 ha: Rp 5.000.000,-
Bibit: 2000 kg X Rp 10.000,- = Rp 20.000.000,-
Pupuk Kandang: 40 ton X Rp 300.000,- = Rp 12.000.000,-
Pupuk Hayati Tiens - FENG SHOU: 10 liter x Rp. 98.000,- = Rp. 980.000,-
NPK: 1.500 kg X Rp 2.500,- = Rp 3.750.000,-
Pengendalian Hama Terpadu: Rp 750.000,-

Tenaga Kerja
Pengolahan Lahan: 60 HOK X Rp. 50.000,- = Rp. 3.000.000,-
Pembuatan Bedengan: 40 HOK X Rp 50.000,- = Rp 2.000.000,-
Penanaman: 60 HOK X Rp 50.000,- = Rp 3.000.000,-
Pemeliharaan: 300 HOK X Rp 50.000,- = Rp 15.000.000,-
Sortasi dan Seleksi: 100 HOK X Rp 50.000,- = Rp 5.000.000,-
Panen dan Pasca Panen: 100 HOK X Rp 50.000,- = Rp 5.000.000,-
Jumlah MODAL = Rp 75.480.000,-

Pendapatan hasil panen Jahe Gajah
Panen = 20.000 kg
Penjualan = 20.000 kg X Rp 7.000,- = Rp 140.000.000,-
Modal = Rp 75.480.000,-
Laba = Rp 140.000.000,- – Rp 75.480.000,- = Rp 64.520.000,-

Consulting & sharing :
Mr. Andi Wijaya Msc
Ginger farming & trading consultant
Email address : sehatjahe@gmail.com
Mobile : +6282183915447
Ginger farm location :
1. Cibadak Sukabumi West Java
2.. Way kanan Lampung INDONESIA
_____________________________

 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar